أهلا و سهلا

JAGALAH HATI...

Minggu, 29 Juli 2012

Dualisme Bahasa Arab (Ammiyah-Fushah)

Latar Belakang
Bahasa Arab  merupakan bahasa yang unik dan menarik. Ia juga adalah bahasa resmi bagi agama Islam. Oleh kerana itu bahasa Arab perlu diberi perhatian sewajarnya agar kesinambungan bahasa Al-Quran itu terpelihara. Al-Quran diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab padahal Al-Quran itu bukan hanya ditujukan kepada bangsa Arab saja, melainkan untuk seluruh umat manusia sepanjang zaman. bahasa Arab juga merupakan bahasa perantaraan makhluk kepada Penciptanya. Contohnya ibadah seharian kita yaitu shalat, Tidak sah shalat seseorang itu jika tidak menggunakan bahasa Arab. Ini jelas menunjukkan kepada kita satu ikatan yg sangat kukuh di antara bahasa Arab dan Al-Quran yg mana tidak mungkin dijumpai pada bahasa-bahasa lain di dalam kitab suci mereka.

Apabila kita membincangkan tentang bahasa Arab, maka sudah tentu ia adalah bahasa Arab fushah (baku dan tulin). Kecintaan orang Arab akan bahasanya ini, membuat bahasa Arab begitu cepat berkembang. Namun banyak faktor lainnya yang mempengaruhi bahasa Arab berkembang sedemikian cepat, yang terpenting di antaranya adalah datangnya Islam.

Orang-orang Arab (pendatang) mulai berasimilasi dan bersosialisasi dengan pribumi karena kelompok sosial ini semakin hari semakin bercampur. Pada saat yang bersamaan, penduduk asli (pribumi) pun kemudian merasa butuh dan berkepentingan untuk mempelajari bahasa Arab yang di gunakan oleh orang-orang Arab.
Namun demikian, di dalam bahasa Arab terjadi dualisme bahasa yaitu gejala Ammiyah & Fushah yang pasti memberikan pengaruh terhadap bahasa Arab itu sendiri.


PEMBAHASAN 
Bahasa Arab fushah adalah bahasa Al-Quran, bahasa al-Turats al-Araby dan bahasa Arab yang dipergunakan untuk aktifitas resmi formal, bahasa koleksi, sya’ir maupun Nasar, dan bahasa yang dipakai pada produkproduk ilmu pengetahuan dan hasil-hasil pemikiran dan pengetahuan. Bahasa Arab fushah merupakan bahasa asal Arab yang dapat difahami oleh seluruh bangsa Arab walaupun ia berasal dari negara mana sekalipun dan bahasa inilah sebenarnya yg telah menyatukan bangsa-bangsa Arab dan seterusnya menghapuskan perselisihan yg berlaku sesama mereka.
Bahasa Arab fusha, bisa digunakan di negara manapun. Bila mana kita berbicara dengan orang Amerika, Inggris, Spanyol, Thailand atau Negara lainnya di belahan dunia ini, maka kita akan bisa saling memahami pembicaraa kalau mereka juga menggunaka Bahasa Arab fusha pula.
Jadi di sini jelas bahwa Bahasa Arab yang digunakan sekarang ini sama dengan Bahasa Arab Al-Qur’an asalkan Bahasa Arab yang digunakan itu Bahasa Arab fushah dan sesuai dengan kaidah ilmu Nahwu, Sharaf dan Balahgah.
Sedangkan bahasa Arab Ammiyah adalah bahasa yang digunakan dalam keseharian dan setidaknya non formal. Di dalam bahasa Ammiyah dikenal beberapan istilah lain yang menunjukkan ma’na Ammiyah. Pakar nahasa Arab modern menyebutkan beberapa istilah diantaranya:
·         Al-Lughah Al-Ammiyah
·         As-Syaklu Al-Lughawy Al-Darij (formasi bahasa populer)
·         Al-Lahjat Al-Sya’iah (dialek populer)
·         Al-Lughah Al-Mahkiyah (bahasa tutur)
·         Al-Lahjat Al-Arabiyyah Al-Ammiyah
·         Al-Lahjat Al-Darjiy (dialek lokal) 
Bahasa Arab Ammiyah kemudian dikenal juga dengan istilah ( اللغة الأزدواجية ) yang berarti paralelisme bahasa atau dikenal “lebillinguisme” yaitu adanya dua bahasa yang berbeda dalam individu atau masyarakat dalam waktu yang bersamaan.
Sebahagian ahli bahasa menolak istilah اللغة الأزدواجية yang digunakan kebanyakan pakar bahasa untuk menunjukkan dua formasi bahasa Arab (fushah, dan Ammiyah) karena fushah dan Ammiyah adalah dua kelompok dari satu rumpun bahasa. Perbedaan sekunder di antara keduanya hanyalah perbedaan yang bersifat primer yang mendasar. Karena menurut mereka istilah اللغة الأزدواجية yang sebenarnya adalah perbedaan dari dua kelompok bahasa yang berbeda dari dua bahasa yang berbeda, seperti bahasa perancis dan bahasa Arab atau bahasa jerman dan bahasa turki.
2.      Latar Belakang Terjadinya Dualisme Bahasa Arab
Adapun bahasa Arab pecah menjadi dua bahasa yaitu bahasa fushah dan Ammiyah ini adalah masalah yang tidak termasuk paralel, tetapi ini hanya diistilahkan dengan  الثنائية اللغوية(bahasa sekunder) yang dikenal dengan diglossie.
Banyak orang yang berkeyakinan bahwa bahasa sekunder الثنائية اللغوية sudah dikenal sejak masa jahiliyah.
Setiap kabilah Arab mempunyai dialek khusus tersendiri atau bahasa spesial untuk kabilah mereka. Di samping itu mereka juga memiliki bahasa musytarik atau bahasa bersama yang dipergunakan oleh seluruh kabilah Arab. Setiap dialek dari setiap kabilah mempunyai ciri khusus tersendiri yang hidup ditengah-tengah jazirah Arab, dan di belahan timur yang disebabkan oleh aktifitas perdagangan diantara mereka atau musim haji ataupun karena pengembaraan (nomaden dari satu tempat ke tempat yang lain).
Sarana komunikasi anggota satu kabilah menggunakan bahasa intern kabilah mereka. Tetapi komunikasi antara satu kabilah dan kabilah yang lainnya seperti ketika berpidato atau mengubah sya’ir, orang Arab menggunakan bahasa musytarak (bahasa persatuan), gejala ini berlangsung terus sampai masa-masa islam.
Adapun dualisme bahasa antara bahasa Arab fushah dan bahasa Arab Ammiyah yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah yang lahir pada saat munculnya gejala Ammiyah itu sendiri, yaitu berawal sejak masa ekspansi pertama kekuasaan islam. Di masa perluasan wilayah Islam setelah terjadi kontak dan asimilasi antara orang Arab dan non Arab (‘ajam), akan tetapi pada masa ini bahasa Ammiyah belum tampak berbeda jauh dari bahasa fushah. Akan tetapi berselang tenggang waktu yang lama, bahasa Ammiyah sudah bisa dibedakan dari bahasa fushah secara jelas karena memiliki karakteristik tersendiri baik dari segi Shouth (Fonologi) cara tuturnya, sintaksisnya maupun materi bahasa itu sendiri morfologisnya sudah berbeda jauh dengan bahasa fushah. 
Al-Jahiz mengistilahkan dengan Al-Lugah Al-Arabiyah Al-Ammiyah sebagai Lughah Muwalladin, dan Al-Lugah Al-Arabiy Al-Fashihah sebagai Lughah Baladiyyin.
3.      Gejala Dualisme pada Setiap Bahasa di Dunia
Perlu diingat bahwa dualisme bahasa Ammiyah dan Fushah, gejala ini bukan saja didapati dalam bahasa Arab saja akan tetapi dijumpai juga di bahasa-bahasa lain selain bahasa Arab. Para pakar dan ahli bahasa menegaskan bahwa gejala ini juga didapati dalam nahasa-bahasa dunia. Seorang pakar bahasa Perancis telah berhasil melakukan penelitian khusus tentang dualisme bahasa, dan sampai pada kesimpulan bahwa gejala dualisme bahasa adalah refleksi dari dualisme pemikiran dan perasaan manusia. Setiap bahasa pasti mempunyai gejala dualisme Fushah dan Ammiyah akan tetapi dualisme ini berbeda-beda tingkatannya dalam setiap bahasa.

Pendapat para ahli bahasa tentang gejala dualisme bahasa.
Ahli bahasa terbagi ke dalam dua kelompok besar dalam melihat dan meneliti gejala dualisme bahasa:
a.      Gejala dualisme bahasa adalah bukti hasil peradaban manusia, karena orang biadab yang tidak berperadaban tidak mengenal dualisme bahasa.
b.      Gejala dualisme bahasa merupakan musibah besar yang menimpa masyarakat pengguna bahasa tersebut.
Sebagai contoh seorang siswa akan menggunakan bahasa yang lain yang tidak dipergunakan di luar, ketika mereka dalam kelas. Hal ini akan membuat asing bagi mereka ketika membaca bacaan dan pelajaran mereka dengan bahasa yang mereka tidak gunakan di dalam kelas menambah mereka jauh. Sehingga untuk berbahasa  Fushah dalam kelas, menuntut mereka belajar khusus, sehingga dengan dualisme bahasa membuat kebingungan dan kehancuran dalam pikiran mereka.
4.      Pandangan orang terhadap dualisme bahasa Arab Fushah dan Ammiyah
Realitas sikap orang terhadap gejala dualisme bahasa Arab Fushah dan Ammiyah
a.       Ada sekelompok komunitas Arab menyerukan penghapusan bahasa Ammiyah Arab dan menyerukan penggunaan bahasa Fushah saja. Komunitas ini mengupayakan dalam berbagai media agar masyarakat berbahasa Arab Fushah dalam seluruh aspek kehidupannya, sehingga Fushah menjadi gejala alamiah dan watak dalam masyarakat. Jadi penggunaan bahasa Fushah tidak mengalami kesulitan lagi dalam berbahasa Fushah karena sudah menyatu dalam kehidupan keseharian mereka.
b.      Komunitas yang menuntut tidak menggunakan bahasa Ammiyah maupum Fushah tetapi menyerukan alternatif lain yaitu menggunakan bahasa asing agar lebih memudahkan mereka berinteraksi dari segi ilmu pengetahuan, budaya, ekonomi, karena menurut mereka bahasa Arab dengan kondisi sekarang tidak relevan lagi untuk dijadikan sebagai bahasa formal dan non formal.
c.       Komunitas masyarakat yang menyerukan demokrasi penggunaan bahasa yaitu dengan cara mempertemukan Fushah dan Ammiyah berdasarkan kabilah masing-masing.
d.      Komunitas yang mengatasnamakan dialek bahasa Arab persatuan dan kebersamaan. Atau bahasa Arab untuk orang-orang yang berpendidikan untuk seluruh daerah Arab, atau bahasa peradaban Arab, yaitu bahasa Arab yang menyatukan seluruh komponen budaya, sosial, politik, sejak 30 tahun terakhir, yaitu bahasa Arab yang tersebar dan dipakai para budayawan dan ulama Mesir, Iraq, Syiria, Lebanon, Palestina dan lain-lainnya, yaitu bahasa Arab yang menghimpun mereka dalam pertemuan di perguruan tianggi Arab.
e.       Komunitas yang menyerukan penggunaan bahasa Ammiyah pada tulisan ilmiah dan sastra dan seluruh sektor yang biasanya menggunakan bahasa Fushah.


5.      Faktor yang mendukung berkembangnya bahasa Arab Ammiyah
Tidak sedikit komunitas Arab yang menyerukan penggunaan bahasa Ammiyah dalam seluruh sektor aktifitas kehidupan mereka dengan alasan sebagai berikut:
a.       Bahasa Arab Fushah adalah bahasa untuk generasi tempo dulu yang sudah tidak memiliki realitas kehidupan masa kini. Menurut mereka bahasa Fushah terlalu sulit untuk dipelajari karena kesusahan gramatikanya dan morfologinya, begitu juga mufradatnya. Dibanding dengan bahasa bahasa Ammiyah yang kesannya gampang, elastis diucapkan karena tidak terikat dengan aturan gramatika, morfologi dan fleksibel dalam pengayaan kosa kata. 
b.      Mayoritas umat Islam belum menggunakan bahasa Arab Fushah baik dalam tulisan maupun lisan. Oleh karena itu, mereka tidak terlalu tertarik mempelajarinya. Adapun bahasa Al-Quran maka dia adalah spesifikasi dan spesialisasi para ulama dan ahli-ahli bahasa Arab.
c.       Bahasa Ammiyah sangat ekonomi, efisien dan efektif untuk dipelajari ketimbang bahasa Fushah.
d.      Salah satu sebab keterbelakangan mereka adalah perbedaan bahasa lisan dan bahasa tulisan yang ekspresi dalam perbedaan Ammiyah dan Fushah.

6.      Pengaruh dualisme bahasa Arab Fushah dan Ammiyah dalam masyarakat.
Dampak dualisme Ammiyah, dan Fushah Bahasa Arab dalam masyarakat menurut sosiolog Arab mempunyai dampak dampak dalam pemikiran pendidikan, kepribadian, moral dan kesenian. Pembahasan tentang dampak ini akan terlihat pada:
a.       Dampak dualisme bahasa dalam dunia pemikiran menyebabkan pemikir harus bekerja lebih keras dalam menuangkan ide pemikiran mereka, energi lebih banyak terkuras kepada bahasa yang akan digunakan ketimbang dengan konten pemikiran itu sendiri.
b.      Dampak dualisme bahasa Ammiyah, dan Fushah dalam pendidikan membuat peserta didik kesulitan dalam menimba ilmu pengetahuan karena mereka menggunakan bahasa yang berbeda dengan ilmu yang mereka geluti dengan bahasa yang mereka pakai.
c.       Dampak dualisme Ammiyah, dan Fushah dalam pembentukan jati diri dan kepribadian yaitu masyarakat trpola menjadi dua perilaku yang berbeda. Seolah-olah mereka merasakan bahasa Ammiyah adalah bahasa untuk anak-anak dan orang awam sedangkan bahasa Fushah untuk orang-orang terpelajar dan kalangan elit.
d.      Dampak dualisme Ammiyah, dan Fushah dalam moralitas adalah menjadikan manusia berperilaku ganda. Mereka berbahasa Ammiyah pada kondisi biasa dan nonformal dengan perilaku yang berbeda begitu juga menggunakan fushah dalam kondisi yang formal dengan perilaku yang berbeda pula.
e.       Dampak dualisme Ammiyah, dan Fushah pada karya-karya seni. Dempak ini terlihat dalam bahasa-bahasa sinetron yang cenderung menggunakan bahasa Ammiyah tetapi sinetron agama menggunakan bahasa Fushah, sehingga ada dikotomi dalam produk hasil karya seni yang berkualita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar