Latar
Belakang
Bahasa
Arab merupakan bahasa yang unik dan
menarik. Ia juga adalah bahasa resmi bagi agama Islam. Oleh kerana itu bahasa Arab
perlu diberi perhatian sewajarnya agar kesinambungan bahasa Al-Quran itu
terpelihara. Al-Quran diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab padahal
Al-Quran itu bukan hanya ditujukan kepada bangsa Arab saja, melainkan untuk
seluruh umat manusia sepanjang zaman. bahasa Arab juga merupakan bahasa
perantaraan makhluk kepada Penciptanya. Contohnya ibadah seharian kita yaitu
shalat, Tidak sah shalat seseorang itu jika tidak menggunakan bahasa Arab. Ini
jelas menunjukkan kepada kita satu ikatan yg sangat kukuh di antara bahasa Arab
dan Al-Quran yg mana tidak mungkin dijumpai pada bahasa-bahasa lain di dalam
kitab suci mereka.
Apabila kita membincangkan tentang bahasa Arab, maka sudah tentu ia adalah bahasa Arab fushah (baku dan tulin). Kecintaan orang Arab akan bahasanya ini, membuat bahasa Arab begitu cepat berkembang. Namun banyak faktor lainnya yang mempengaruhi bahasa Arab berkembang sedemikian cepat, yang terpenting di antaranya adalah datangnya Islam.
Orang-orang Arab (pendatang) mulai berasimilasi dan bersosialisasi dengan pribumi karena kelompok sosial ini semakin hari semakin bercampur. Pada saat yang bersamaan, penduduk asli (pribumi) pun kemudian merasa butuh dan berkepentingan untuk mempelajari bahasa Arab yang di gunakan oleh orang-orang Arab.
Apabila kita membincangkan tentang bahasa Arab, maka sudah tentu ia adalah bahasa Arab fushah (baku dan tulin). Kecintaan orang Arab akan bahasanya ini, membuat bahasa Arab begitu cepat berkembang. Namun banyak faktor lainnya yang mempengaruhi bahasa Arab berkembang sedemikian cepat, yang terpenting di antaranya adalah datangnya Islam.
Orang-orang Arab (pendatang) mulai berasimilasi dan bersosialisasi dengan pribumi karena kelompok sosial ini semakin hari semakin bercampur. Pada saat yang bersamaan, penduduk asli (pribumi) pun kemudian merasa butuh dan berkepentingan untuk mempelajari bahasa Arab yang di gunakan oleh orang-orang Arab.
Namun demikian, di dalam bahasa Arab terjadi
dualisme bahasa yaitu gejala Ammiyah & Fushah yang pasti memberikan
pengaruh terhadap bahasa Arab itu sendiri.
PEMBAHASAN
Bahasa
Arab fushah adalah bahasa Al-Quran, bahasa al-Turats al-Araby dan bahasa
Arab yang dipergunakan untuk aktifitas resmi formal, bahasa koleksi, sya’ir
maupun Nasar, dan bahasa yang dipakai pada produkproduk ilmu
pengetahuan dan hasil-hasil pemikiran dan pengetahuan. Bahasa Arab fushah merupakan
bahasa asal Arab yang dapat difahami oleh seluruh bangsa Arab walaupun ia
berasal dari negara mana sekalipun dan bahasa inilah sebenarnya yg telah
menyatukan bangsa-bangsa Arab dan seterusnya menghapuskan perselisihan yg
berlaku sesama mereka.
Bahasa Arab fusha, bisa digunakan di negara manapun.
Bila mana kita berbicara dengan orang Amerika, Inggris, Spanyol, Thailand atau
Negara lainnya di belahan dunia ini, maka kita akan bisa saling memahami
pembicaraa kalau mereka juga menggunaka Bahasa Arab fusha pula.
Jadi di sini jelas bahwa Bahasa Arab yang digunakan
sekarang ini sama dengan Bahasa Arab Al-Qur’an asalkan Bahasa Arab yang
digunakan itu Bahasa Arab fushah dan sesuai dengan kaidah ilmu Nahwu, Sharaf
dan Balahgah.
Sedangkan
bahasa Arab Ammiyah adalah bahasa yang digunakan dalam keseharian dan
setidaknya non formal. Di dalam bahasa Ammiyah dikenal beberapan istilah lain
yang menunjukkan ma’na Ammiyah. Pakar nahasa Arab modern menyebutkan beberapa
istilah diantaranya:
·
Al-Lughah
Al-Ammiyah
·
As-Syaklu
Al-Lughawy Al-Darij (formasi
bahasa populer)
·
Al-Lahjat
Al-Sya’iah (dialek populer)
·
Al-Lughah
Al-Mahkiyah (bahasa tutur)
·
Al-Lahjat
Al-Arabiyyah Al-Ammiyah
·
Al-Lahjat
Al-Darjiy (dialek lokal)
Bahasa
Arab Ammiyah kemudian dikenal juga dengan istilah ( اللغة الأزدواجية ) yang berarti paralelisme bahasa atau
dikenal “lebillinguisme” yaitu adanya dua bahasa yang berbeda dalam individu
atau masyarakat dalam waktu yang bersamaan.
Sebahagian ahli bahasa menolak istilah اللغة الأزدواجية yang digunakan kebanyakan pakar bahasa untuk menunjukkan dua formasi bahasa Arab (fushah, dan Ammiyah) karena fushah dan Ammiyah adalah dua kelompok dari satu rumpun bahasa. Perbedaan sekunder di antara keduanya hanyalah perbedaan yang bersifat primer yang mendasar. Karena menurut mereka istilah اللغة الأزدواجية yang sebenarnya adalah perbedaan dari dua kelompok bahasa yang berbeda dari dua bahasa yang berbeda, seperti bahasa perancis dan bahasa Arab atau bahasa jerman dan bahasa turki.
Sebahagian ahli bahasa menolak istilah اللغة الأزدواجية yang digunakan kebanyakan pakar bahasa untuk menunjukkan dua formasi bahasa Arab (fushah, dan Ammiyah) karena fushah dan Ammiyah adalah dua kelompok dari satu rumpun bahasa. Perbedaan sekunder di antara keduanya hanyalah perbedaan yang bersifat primer yang mendasar. Karena menurut mereka istilah اللغة الأزدواجية yang sebenarnya adalah perbedaan dari dua kelompok bahasa yang berbeda dari dua bahasa yang berbeda, seperti bahasa perancis dan bahasa Arab atau bahasa jerman dan bahasa turki.
2.
Latar
Belakang Terjadinya Dualisme Bahasa Arab
Adapun
bahasa Arab pecah menjadi dua bahasa yaitu bahasa fushah dan Ammiyah ini adalah
masalah yang tidak termasuk paralel, tetapi ini hanya diistilahkan dengan الثنائية اللغوية(bahasa sekunder) yang dikenal dengan diglossie.
Banyak
orang yang berkeyakinan bahwa bahasa sekunder الثنائية
اللغوية sudah dikenal sejak masa jahiliyah.
Setiap
kabilah Arab mempunyai dialek khusus tersendiri atau bahasa spesial untuk
kabilah mereka. Di samping itu mereka juga memiliki bahasa musytarik atau
bahasa bersama yang dipergunakan oleh seluruh kabilah Arab. Setiap dialek dari
setiap kabilah mempunyai ciri khusus tersendiri yang hidup ditengah-tengah
jazirah Arab, dan di belahan timur yang disebabkan oleh aktifitas perdagangan
diantara mereka atau musim haji ataupun karena pengembaraan (nomaden dari satu
tempat ke tempat yang lain).
Sarana
komunikasi anggota satu kabilah menggunakan bahasa intern kabilah mereka.
Tetapi komunikasi antara satu kabilah dan kabilah yang lainnya seperti ketika
berpidato atau mengubah sya’ir, orang Arab menggunakan bahasa musytarak (bahasa
persatuan), gejala ini berlangsung terus sampai masa-masa islam.
Adapun
dualisme bahasa antara bahasa Arab fushah dan bahasa Arab Ammiyah yang
dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah yang lahir pada saat munculnya gejala Ammiyah
itu sendiri, yaitu berawal sejak masa ekspansi pertama kekuasaan islam. Di masa
perluasan wilayah Islam setelah terjadi kontak dan asimilasi antara orang Arab
dan non Arab (‘ajam), akan tetapi pada masa ini bahasa Ammiyah belum tampak
berbeda jauh dari bahasa fushah. Akan tetapi berselang tenggang waktu yang
lama, bahasa Ammiyah sudah bisa dibedakan dari bahasa fushah secara jelas
karena memiliki karakteristik tersendiri baik dari segi Shouth (Fonologi) cara
tuturnya, sintaksisnya maupun materi bahasa itu sendiri morfologisnya sudah
berbeda jauh dengan bahasa fushah.
Al-Jahiz
mengistilahkan dengan Al-Lugah Al-Arabiyah Al-Ammiyah sebagai Lughah
Muwalladin, dan Al-Lugah Al-Arabiy Al-Fashihah sebagai Lughah Baladiyyin.
3.
Gejala
Dualisme pada Setiap Bahasa di Dunia
Perlu
diingat bahwa dualisme bahasa Ammiyah dan Fushah, gejala ini bukan saja
didapati dalam bahasa Arab saja akan tetapi dijumpai juga di bahasa-bahasa lain
selain bahasa Arab. Para pakar dan ahli bahasa menegaskan bahwa gejala ini juga
didapati dalam nahasa-bahasa dunia. Seorang pakar bahasa Perancis telah
berhasil melakukan penelitian khusus tentang dualisme bahasa, dan sampai pada
kesimpulan bahwa gejala dualisme bahasa adalah refleksi dari dualisme pemikiran
dan perasaan manusia. Setiap bahasa pasti mempunyai gejala dualisme Fushah dan Ammiyah
akan tetapi dualisme ini berbeda-beda tingkatannya dalam setiap bahasa.
Pendapat
para ahli bahasa tentang gejala dualisme bahasa.
Ahli
bahasa terbagi ke dalam dua kelompok besar dalam melihat dan meneliti gejala
dualisme bahasa:
a. Gejala
dualisme bahasa adalah bukti hasil peradaban manusia, karena orang biadab yang
tidak berperadaban tidak mengenal dualisme bahasa.
b.
Gejala
dualisme bahasa merupakan musibah besar yang menimpa masyarakat pengguna bahasa
tersebut.
Sebagai
contoh seorang siswa akan menggunakan bahasa yang lain yang tidak dipergunakan
di luar, ketika mereka dalam kelas. Hal ini akan membuat asing bagi mereka
ketika membaca bacaan dan pelajaran mereka dengan bahasa yang mereka tidak
gunakan di dalam kelas menambah mereka jauh. Sehingga untuk berbahasa Fushah dalam kelas, menuntut mereka belajar
khusus, sehingga dengan dualisme bahasa membuat kebingungan dan kehancuran
dalam pikiran mereka.
4.
Pandangan
orang terhadap dualisme bahasa Arab Fushah dan Ammiyah
Realitas
sikap orang terhadap gejala dualisme bahasa Arab Fushah dan Ammiyah
a.
Ada
sekelompok komunitas Arab menyerukan penghapusan bahasa Ammiyah Arab dan
menyerukan penggunaan bahasa Fushah saja. Komunitas ini mengupayakan dalam
berbagai media agar masyarakat berbahasa Arab Fushah dalam seluruh aspek
kehidupannya, sehingga Fushah menjadi gejala alamiah dan watak dalam
masyarakat. Jadi penggunaan bahasa Fushah tidak mengalami kesulitan lagi dalam
berbahasa Fushah karena sudah menyatu dalam kehidupan keseharian mereka.
b.
Komunitas
yang menuntut tidak menggunakan bahasa Ammiyah maupum Fushah tetapi menyerukan
alternatif lain yaitu menggunakan bahasa asing agar lebih memudahkan mereka
berinteraksi dari segi ilmu pengetahuan, budaya, ekonomi, karena menurut mereka
bahasa Arab dengan kondisi sekarang tidak relevan lagi untuk dijadikan sebagai
bahasa formal dan non formal.
c.
Komunitas
masyarakat yang menyerukan demokrasi penggunaan bahasa yaitu dengan cara
mempertemukan Fushah dan Ammiyah berdasarkan kabilah masing-masing.
d.
Komunitas
yang mengatasnamakan dialek bahasa Arab persatuan dan kebersamaan. Atau bahasa Arab
untuk orang-orang yang berpendidikan untuk seluruh daerah Arab, atau bahasa
peradaban Arab, yaitu bahasa Arab yang menyatukan seluruh komponen budaya,
sosial, politik, sejak 30 tahun terakhir, yaitu bahasa Arab yang tersebar dan
dipakai para budayawan dan ulama Mesir, Iraq, Syiria, Lebanon, Palestina dan lain-lainnya,
yaitu bahasa Arab yang menghimpun mereka dalam pertemuan di perguruan tianggi Arab.
e.
Komunitas
yang menyerukan penggunaan bahasa Ammiyah pada tulisan ilmiah dan sastra dan
seluruh sektor yang biasanya menggunakan bahasa Fushah.
5.
Faktor
yang mendukung berkembangnya bahasa Arab Ammiyah
Tidak sedikit komunitas Arab yang menyerukan penggunaan bahasa Ammiyah
dalam seluruh sektor aktifitas kehidupan mereka dengan alasan sebagai berikut:
a.
Bahasa
Arab Fushah adalah bahasa untuk generasi tempo dulu yang sudah tidak memiliki
realitas kehidupan masa kini. Menurut mereka bahasa Fushah terlalu sulit untuk
dipelajari karena kesusahan gramatikanya dan morfologinya, begitu juga
mufradatnya. Dibanding dengan bahasa bahasa Ammiyah yang kesannya gampang,
elastis diucapkan karena tidak terikat dengan aturan gramatika, morfologi dan
fleksibel dalam pengayaan kosa kata.
b.
Mayoritas
umat Islam belum menggunakan bahasa Arab Fushah baik dalam tulisan maupun
lisan. Oleh karena itu, mereka tidak terlalu tertarik mempelajarinya. Adapun
bahasa Al-Quran maka dia adalah spesifikasi dan spesialisasi para ulama dan
ahli-ahli bahasa Arab.
c.
Bahasa
Ammiyah sangat ekonomi, efisien dan efektif untuk dipelajari ketimbang bahasa
Fushah.
d.
Salah
satu sebab keterbelakangan mereka adalah perbedaan bahasa lisan dan bahasa
tulisan yang ekspresi dalam perbedaan Ammiyah dan Fushah.
6.
Pengaruh
dualisme bahasa Arab Fushah dan Ammiyah dalam masyarakat.
Dampak dualisme Ammiyah, dan Fushah Bahasa Arab dalam masyarakat menurut sosiolog Arab mempunyai dampak dampak dalam pemikiran pendidikan, kepribadian, moral dan kesenian. Pembahasan tentang dampak ini akan terlihat pada:
Dampak dualisme Ammiyah, dan Fushah Bahasa Arab dalam masyarakat menurut sosiolog Arab mempunyai dampak dampak dalam pemikiran pendidikan, kepribadian, moral dan kesenian. Pembahasan tentang dampak ini akan terlihat pada:
a.
Dampak
dualisme bahasa dalam dunia pemikiran menyebabkan pemikir harus bekerja lebih
keras dalam menuangkan ide pemikiran mereka, energi lebih banyak terkuras
kepada bahasa yang akan digunakan ketimbang dengan konten pemikiran itu
sendiri.
b.
Dampak
dualisme bahasa Ammiyah, dan Fushah dalam pendidikan membuat peserta didik
kesulitan dalam menimba ilmu pengetahuan karena mereka menggunakan bahasa yang
berbeda dengan ilmu yang mereka geluti dengan bahasa yang mereka pakai.
c.
Dampak
dualisme Ammiyah, dan Fushah dalam pembentukan jati diri dan kepribadian yaitu
masyarakat trpola menjadi dua perilaku yang berbeda. Seolah-olah mereka
merasakan bahasa Ammiyah adalah bahasa untuk anak-anak dan orang awam sedangkan
bahasa Fushah untuk orang-orang terpelajar dan kalangan elit.
d.
Dampak
dualisme Ammiyah, dan Fushah dalam moralitas adalah menjadikan manusia
berperilaku ganda. Mereka berbahasa Ammiyah pada kondisi biasa dan nonformal
dengan perilaku yang berbeda begitu juga menggunakan fushah dalam kondisi yang
formal dengan perilaku yang berbeda pula.
e.
Dampak
dualisme Ammiyah, dan Fushah pada karya-karya seni. Dempak ini terlihat dalam
bahasa-bahasa sinetron yang cenderung menggunakan bahasa Ammiyah tetapi
sinetron agama menggunakan bahasa Fushah, sehingga ada dikotomi dalam produk
hasil karya seni yang berkualita