BAB I
PENDAHULUAN
Manusia diciptakan ke alam dunia ini disertai
pula dengan berbagai potensi kehidupan yang diberikan oleh Allah. Berbagai
potensi kehidupan tersebut harus merupakan sesuatu yang disadari/difikirkan
oleh manusia. Diantara potensi kehidupan tersebut adalah berupa naluri-naluri
(gharaizh) yang diantaranya pula adalah naluri untuk melestarikan keturunan
ataupun tertarik kepada lawan jenis (gharizatu nawu). Naluri ini merupakan
dorongan yang muncul pada diri manusia ketika adanya stimulan dari luar.
Sebagai contoh, suatu saat seorang pemuda pernah merasakan perasaan yang
‘berbunga-bunga tidak karuan’ ketika di suatu tempat bertemu dengan seorang wanita
yang menurut penilaiannya, orang tersebut adalah sosok yang ‘special’ sehingga
setiap kali berjumpa, memikirkan atau bahkan hanya sekedar mendengar namanya
saja, tiba-tiba jantung ini bisa berdebar cepat. Kondisi ini tentunya juga
dapat terjadi sebaliknya antara seorang wanita terhadap seorang pemuda.
Berbicara tentang masalah cinta memang
tidak akan pernah ada habisnya. Satu hal yang terlihat sederhana, namun sebetulnya
suatu hal yang complicatif dan
selalu ada sisi menarik dari cinta. Ada banyak ungkapan yang dinyatakan tentang
jenis dan batasan cinta, tergantung dari pengaruh dan kesaksiannya, serta
ungkapan-ungkapan lain yang diperlukan tentang cinta.
Cinta merupakan
santapan hati, makanan ruh dan kesenangannya. Cinta merupakan kehidupan,
sehingga orang yang tidak memilikinya seperti orang mati. Cinta adalah cahaya,
siapa yang tidak memilikinya seperti berada di tengah lautan yang gelap gulita.
Cinta adalah obat penyembuh, siapa yang tidak memilikinya maka hatinya diendapi
berbagai macam penyakit. Cinta adalah kelezatan, siapa yang tidak memilikinya
maka seluruh hidupnya diwarnai kegelisahan dan penderitaan. Cinta adalah ruh
iman dan amal, kedudukan dan keadaan, yang jika cinta ini tidak ada di sana,
maka tak ubahnya jasad yang tidak memiliki ruh.
Sebagaimana Ia (Allah) menghadirkan
manusia ke dunia ini dengan rasa cinta, melalui perantara ayah dan ibu yang
penuh kasih, karena itulah rasa yang begitu kuat terpatri di qalbu manusia
adalah rasa cinta (ingin dicinta dan mencinta). Cinta merupakan karunia Ilahi.
Hadirnya tanpa diundang. Tiba-tiba kita sadari ia kuat tertanam, laksana akar
pohon yang rindang. Alangkah indahnya jika seseorang yang kita cintai juga
membalas cinta kita. Namun alangkah kecewanya hati ini jika ternyata orang yang
kita cintai ternyata tak pernah mencintai kita atau tak pernah mengetahui bahwa
kita mencintainya hingga akhirnya ia melabuhkan cintanya pada orang lain.
Dalam makalah ini
akan dibahas mengenai cinta yang tak kesampaian. Ada banyak hal yang menjadi
penyebab masalah kasih yang tak sampai ini, misalnya seseorang yang kita cintai
tidak mencintai kita atau bahkan mencintai orang lain (cinta segitiga), bisa
juga karena yang mencintai tak berani mengungkapkan perasaannya pada orang yang
dicintanya hingga akhirnya orang yang dicintainya dikhitbah orang lain, atau
cinta tak kesampaian karena masalah ekonomi, fisik, atau karena orang tua yang
tidak merestui,dll.
Cinta terkadang
manis, tapi juga akan terasa pahit tergantung bagaimana kita mengelola cinta.
Cinta antarmanusia memang tak selamanya akan semanis kurma terkadang cinta yang
tidak kesampaian membuat hati merana. Masalah kasih yang tak sampai terkadang membuat
kondisi psikologis seseorang terguncang dan menimbulkan bahaya serius bila tidak
segera ditangani. Misalnya depresi,
trauma jatuh cinta, ada yang tega membunuh orang yang dicintai atau bahkan
membunuh dirinya sendiri.
Dalam makalah ini
akan dibahas mengenai cinta yang tidak kesampaian, dimana seorang pemuda
mencintai seorang wanita sholeh yang cantik dan berpendidikan namun pemuda
tersebut tak berani mengungkapkan perasaannya hingga akhirnya wanita yang
dicintanya dipinang orang lain. Kemungkinan penyebab pemuda tersebut tidak
berani mengungkapkan perasaannya pada wanita idamannya karena ia takut ditolak
oleh wanita yang dicintainya itu. Pemuda biasa tersebut merasa minder untuk
meminang wanita idamannya yang memiliki status social yang lebih terpandang dan
ekonomi yang matang.
Telah lama pemuda
tersebut menyimpan perasaan terhadap sang wanita, namun karena ketakutan yang
berlebihan terhadap penolakan sang wanita maka ia memutuskan untuk tidak pernah
mengungkapnya perasaannya. Ia selalu berfikir bahwa sang wanita idaman tentu
saja akan menolak jika dipinang olehnya yang hidup dengan kondisi serba sulit,dan
iatak sanggup menerima kenyataan jika memang ternyata cintanya tak terbalaskan.
Betapa besar kecintaan pemuda tersebut terhadap sang wanita hingga ia selalu
ingin membahagiakan wanita yang dicintainya dan tidak sanggup melihat wanita
idamannya hidup menderita jika bersamanya hingga ia pun memutuskan untuk tidak
pernah mengungkapkan perasaannya pada wanita tersebut, dan terus mencintai
dalam diam.
Telah beberapa kali
sang wanita dipinang oleh pemuda lain yang dari segi ekonomi telah mapan dan derajat social yang terhormat, namun
selalu ia tolak. Sikap wanita tersebut semakin menciutkan nyali pemuda itu untuk
mengutarakan perasaannya pada sang pujaan hati. Ia yakin bahwa dirinya yang
hanya pemuda biasa dan belum memiliki pekerjaan tetap apalagi status social
terpandang sudah pasti akan ditolak dan bisa jadi akan membuat malu sang wanita
yang selama ini dikhitbah oleh orang-orang terpandang.
Tanpa ia ketahui,
ternyata wanita yang dicintanya juga memiliki perasaan yang sama dengannya.
Sudah beberapa kali wanita tersebut dipinang lelaki lain namun selalu ia tolak karena
diam-diam iapun mencintai pemuda tersebut. Namun karena merasa gengsi untuk
untuk mengutarakan perasaannya lebih dulu, wanita itupun memilih untuk memendam
perasaannya, hingga tak satupun diantara mereka yang mengetahui bahwa mereka
saling mencintai.
Masalah kasih yang
tak kesampaian benar-benar membuat hati pemuda dan wanita tersebut selalu
gelisah. Di satu sisi sang pemuda khawatir bahwa suatu saat nanti sang wanita
akan melabuhkan cintanya pada orang lain jika dirinya tidak segera
mengungkapkan keinginannya menikahi wanita tersebut, namun di sisi lain ia tak
punya keberanian untuk mencoba mengungkapkan perasaannya karena ketakutannya
untuk menerima kenyataan jika ternyata cintanya ditolak sang pujaan hati. Begitupun
sebaliknya dengan sang wanita yang terus menanti dalam ketidakpastian, menanti
pemuda yang tak pernah punya keberanian mengungkapkan perasaannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Memahami Kasus
Cinta tak Kesampaian dari Perspektif Bimbingan
dan Konseling
Dalam persepektif
bimbingan konseling, masalah kasih yang tak sampai sebagaimana kasus diatas
yakni tidak adanya saling keterbukaan diantara kedua belah pihak untuk berani
mengutarakan perasaan masing-masing padahal mereka saling mencintai dan saling
menerima kekurangan dan kelebihan satu sama lain. Ketakutan yang berlebihan
akan penolakan dari wanita yang dicintainya membuat sang pemuda tak berani
mengambil sebuah langkah serius atau sekadar mengungkapkan perasaannya. Ia
yakin bahwa dirinya tidak akan diterima oleh wanita idamannya padahal ia belum
pernah sekalipun mencoba mengutarakan isi hatinya. Ia takut apabila ternyata
cintanya tak terbalas, padahal seperti kata pepatah bahwa seseorang yang gagal
untuk mencoba sama dengan seseorang yang mencoba untuk gagal.
Dalam perspektif
bimbingan konseling, sikap diam karena ketakutan yang berlebihan akan penolakan
dari wanita idaman merupakan bentuk perilaku yang dikendalikan oleh
pikiran/perasaan irasional. Ia telah
menempatkan dirinya pada konsep/kepercayaan yang salah yaitu dirinya tidak
layak dicintai oleh wanita yang lebih tinggi derajat sosialnya. Ia begitu
khawatir jika tidak bisa membahagiakan wanita yang sangat dicintainya. Ia
berhasil membangun konsep dirinya secara tidak realistis berdasarkan anggapan
yang salah terhadap cinta. Kekhawatiran yang berlebihan terhadap masa depan justru
membuatnya tidak berani mengutarakan niatnya untuk menikahi wanita yang
dicintanya. Pemikiran irasional membuat ia menjadi minder dan akhirnya hanya
memendam perasaannya sendiri padahal cinta tidak akan memandang status social.
Menurut pandangan
RET (Rasional Emotif Terapi), manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat
rasional ataupun tidak rasional/irasional. Manusia seringkali menyalahkan diri
sendiri, orang lain dan dunia apabila tidak segera memperoleh apa yang
diinginkannya. Akibatnya berpikir kekanak-kanakan (sebagai hal yang manusiawi)
seluruh kehidupannya, akhirnya hanya kesulitan yang luar biasa besar yang
didapat. Selain itu, manusia juga mempunyai kecenderungan untuk
melebih-lebihkan pentingnya penerimaan orang lain yang justru menyebabkan
emosinya menjadi tidak wajar dan dan menyalahkan dirinya sendiri. Berpikir dan
merasa adalah dua hal yang berbeda namun mempunyai perbedaan yang sangat tipis.
Pikiran dapat menjadi perasaan dan sebaliknya. Apa yang dipikirkan dan atau apa
yang dirasakan atas sesuatu kejadian diwujudkan dalam suatu tindakan/perilaku
rasional atau irasional.
REBT yang
dimotori oleh Albert Ellis memandang bahwa masalah yang dihadapi konseli
berasal dari ketidaklogisan dalam pola berpikirnya dalam hal ini pemikiran irasional yang tidak segera diubah akan
membuat pemuda tersebut terus memendam perasaannya yang pada akhirnya akan berbahaya bila rasa cinta itu semakin
dalam namun tak kesampaian.
B. Langkah-Langkah
Penyelesaian
Secara khusus, treatment yang
diberikan untuk mengatasi permasalahan konseli berpijak pada pendekatan
rational emotif behavioral terapi karena sumber masalah konseli adalah pemikirannya yang irrasional.
Tujuan konseling
dalam kasus cinta tak kesampaian ini adalah memerangi pemikiran irrasional yang
dimiliki pemuda itu yang melatarbelakangi ketakutan/kecemasannya dalam mengungkapkan
niatnya menikahi wanita pujaannya. Dalam proses konseling ini, konselor lebih
bersikap otoritatif. Konselor dapat melakukan konfrontasi langsung untuk
menolongnya agar segera beranjak meninggalkan pola pikir yang irasional/tidak
logis ke pola pikir yang rasional/logis melalui persuasif, sugestif, pemberian
nasehat secara tepat.
REBT bertujuan
untuk menyadarkan klien atas pikirannya yang tidak logis. Dalam REBT, klien
dilatih untuk berpikir dan bertindak secara lebih rasional. Fungsi berpikir (kognitif), merasa (emotif), dan tingkah laku
(behavioristik) manusia berjalan bersama dan tidak bisa dipisahkan. Oleh sebab
itu, bila salah satu dari ketiga fungsi tersebut mengalami gangguan, maka
fungsi-fungsi yang lain juga akan ikut terganggu. Pada dasarnya, terdapat tiga
teknik dalam REBT, yaitu:
- Teknik Kognitif: digunakan
untuk mengubah cara berpikir klien, dilakukan dengan teknik pengajaran,
teknik persuasif, teknik konfrontasi dan teknik pemberian tugas.
- Teknik Emotif : digunakan untuk mengubah emosi klien, dilakukan
dengan teknik ‘sosiodrama’ dan teknik ‘self-modeling’.
- Teknik Behavioristik: digunakan
untuk mengubah tingkah laku klien, dilakukan dengan teknik ‘reinforcement’
dan teknik ‘sosial modeling’.
Terapi Rasional
emotif adalah suatu bentuk terapi behavioral yang berorientasi pada kognitif
yang berlandaskan pada asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk
berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan bodoh. Manusia
memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia,
berpikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta
tumbuh dan mengaktualisasikan diri. Akan tetapi, manusia juga memiliki
kecenderungan ke arah menghancurkan diri, menghindari pemikiran,
berlambat-lambat, menyesali diri secara tak berkesudahan, dan mencela diri,
serta menghindari aktualisasi diri. REBT menegaskan bahwa menyalahkan merupakan
inti dari sebagian besar gangguan emosional.
Unsur pokok terapi rasional-emotif
adalah asumsi bahwa berpikir dan emosi bukan dua proses yang terpisah. Emosi
disebabkan dan dikendalikan oleh pikiran. Emosi adalah pikiran yang dialihkan
dan diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intristik.
Pikiran mempengaruhi emosi dan sebaliknya emosi mempengaruhi pikiran. Pikiran seseorang
dapat menjadi emosinya, dan emosi dalam keadaan tertentu dapat berubah
menjadi pikiran. Emosi-emosi adalah
produk pemikiran manusia. Jika kita berpikir buruk tentang sesuatu, maka kita
pun akan merasakan sesuatu itu sebagai hal yang buruk. Ellis menyatakan bahwa
"gangguan emosi pada dasarnya terdiri atas kalimat-kalimat atau arti-arti
yang keliru, tidak logis dan tidak bisa disahihkan, yang diyakini secara
dogmatis dan tanpa kritik terhadapnya, orang yang terganggu beremosi atau
bertindak sampai ia sendiri kalah"
(http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/). REBT menegaskan bahwa menyalahkan
merupakan inti dari sebagian besar gangguan emosional.
Teori
Rasional Emotif atau konseling kognitif
behavioral merupakan salah satu bentuk konseling yang bertujuan membantu
konseli agar dapat menjadi lebih sehat, memperoleh pengalaman yang memuaskan,
dan dapat memenuhi gaya hidup tertentu, dengan cara memodifikasi pola
pikir dan perilaku tertentu. Pendekatan kognitif berusaha
memfokuskan untuk menempatkan suatu pikiran, keyakinan, upaya membelajarkan
konseli agar dapat memiliki cara berpikir yang lebih positif dalam berbagai
peristiwa kehidupan dan tidak hanya sekedar berupaya mengatasi penyakit atau
gangguan yang sedang dialaminya. Dengan kata lain, konseling kognitif
memfokuskan pada kegiatan mengelola dan memonitor pola fikir konseli sehingga
dapat mengurangi pikiran negatif dan mengubah isi pikiran agar dapat diperoleh
emosi yang lebih positif. Sedangkan konseling Behavioral memfokuskan pada
kegiatan (tindakan) yang dilakukan konseli, menentukan bentuk imbalan
(rewards) yang dapat mendorong konseli untuk melakukan tindakan tertentu,
pemberian konsekuensi yang tidak menyenangkan, guna mencegah konseli melakukan
tindakan yang tidak dikehendaki.
REBT
berpendapat bahwa orang tidak perlu harus menerima dan dicintai, meskipun hal
itu merupakan hal yang sangat diinginkan. Konselor mengajarkan klien bagaimana
rasanya tidak tertekan bahkan manakala mereka tidak diterima dan dicintai orang
lain secara signifikan. Meskipun REBT mendorong orang untuk menghayati
kesedihan karena tidak diterima, REBT berusaha menolong orang mendapatkan cara
untuk mengatasi depresi, keresahan, kepedihan, dan rendah diri.
Albert Ellis menunjukkan bahwa banyak jalan yang digunakan dalam REBT
yang diarahkan pada satu tujuan utama, yaitu: “meminimalkan gangguan emosional
dan perilaku menggagalkan diri sendiri dengan jalan mendapatkan falsafah hidup
yang realistis”. Proses konseling sebagian besar adalah proses belajar-mengajar
yang bertujuan untuk :
1. Menghapus pandangan hidup konseli yang
mengalahkan diri dan membantu konseli dalam memperoleh pandangan hidup yang
lebih toleran dan rasional.
2. Menghilangkan gangguan emosional yang yang merusak diri sendiri seperti rasa takut , rasa, rasa cemas,
merasa was-was, rasa marah sehingga dapat membangun Self Interest, Self Direction,
Tolerance, Acceptance of Uncertainty, Fleksibel, Commitmen, Scientific
Thinking, Risk Taking, dan Self Acceptance konseli.
3. Membantu
konseli dalam mengenali, menganalisis dan mengelola keyakinannya
4. Menempatkan
dan menitikberatkan pada keyakinan konseli, tentang siapa
dirinya dan apa
tujuan hidup dia di dunia ini.
Adapun langkah/ perlakuan yang diberikan oleh konselor pemuda
tersebut di atas yaitu :
1.
Mengajak konseli untuk berpikir tentang beberapa gagasan dasar yang irasional
yang telah memotivasi banyak gangguan tingkah laku. Misalnya konseli berfikir
bahwa cintanya pasti tidak akan terbalas padahal belum pernah sekalipun ia
mencoba menyampaikan perasaannya, ataukah berfikir bahwa dirinya tidak pantas
mendapatkan seseorang yang dicintainya.
2. Menantang konseli untuk menguji gagasan-gagasannya.
3. Menunjukkan kepada konseli ketidaklogisan pemikirannya.
4.
Menggunakan analisis logika untuk meminimalkan keyakinan-keyakinan irasional
konseli.
5.
Menunjukkan bahwa keyakinan-keyakinan itu tidak ada gunanya dan bagaimana
keyakinan-keyakinan akan mengakibatkan gangguan emosional dan tingkah laku di
masa depan.
Konselor
berfungsi sebagai guru dan klien sebagai murid. Klien memperoleh pemahaman atas
masalah dirinya dan kemudian harus secara aktif menjalankan pengubahan tingkah
laku yang mengalahkan diri. Dalam membantu konseli untuk menciptakan identitas
keberhasilan, konselor bisa menggunakan beberapa teknik sebagai berikut :
- Terlibat dalam permainan peran dengan konseli.
- Menggunakan humor.
- Mengonfrontasikan konseli dan menolak dalih apapun.
- Membantu konseli dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik
bagi tindakan.
- Bertindak sebagai model dan guru.
- Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi.
- Menggunakan "terapi kejutan vebal" atau sarkasme yang
layak untuk mengkonfrontasikan konseli
dengan tingkah lakunya yang tidak realistis.
- Melibatkan diri dengan konseli dalam upayanya mencari kehidupan
yang lebih efektif.
Atas pandangan
itu, walaupun TRE lebih menitikberatkan aspek kognitif dalam perawatan, tetapi
aspek tingkah laku dan emosi turut diberi perhatian. Oleh sebab itulah dalam
TRE, terdapat tiga teknik yang besar: Teknik-teknik Kognitif; Teknik-teknik
Emotif dan Teknik-teknik Behavioristik.
1.
Teknik-Teknik Kognitif
Konseling kognitif: untuk menunjukkan bahwa Konseli harus
membongkar pola pikir irasionalnya (tentang ketakutannya akan penolakan wanita
idamannya, tentang keyakinan bahwa cintanya tidak akan terbalas hingga ia tak
berani mengungkapkan perasaannya) jika ingin lebih bahagia dan sukses. Konselor
lebih bergaya mengajar: memberikan nasehat, konfrontasi langsung dengan peta
pikir rasional-irasional, sugesti, asertif training dengan simulasi diri
menerapkan konsep diri yang benar dan sikap/ketergantungan pada orang lain yang
benar/rasional dilanjutkan sebagai PR melatih, mengobservasi dan evaluasi diri.
Konselor memberi tugas kepada konseli untuk mencoba melakukan tindakan tertentu
dalam situasi nyata. Misalnya, menugaskan konseli untuk berbicara dengan wanita
yang dicintanya atau membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan caranya
berfikir. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan
mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta
kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri konseli dan mengurangi
ketergantungannya kepada konselor.
2. Teknik-Teknik Emotif
Konseling emotif-evolatif: untuk mengubah
sistem nilai konseli dengan menggunakan teknik penyadaran antara yang benar dan
salah seperti pemberian contoh,
bermain peran dan pelepasan beban agar Mita melepaskan pikiran dan perasaannya
yang tidak rasional dan menggantinya dengan yang rasional sebagai kelanjutan
teknik kognitif di atas.
a. Teknik
Sosiodrama - Memberi peluang mengekspresikan berbagai perasaan yang menekan
klien itu melalui suasana yang didramatisasikan sehingga klien dapat secara
bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan atau melalui gerakan
dramatis.
b. Teknik 'Self Modelling' - Digunakan dengan meminta klien berjanji
dengan konselor untuk menghilangkan perasaan takut yang menimpanya. Dia diminta
taat setia pada janjinya.
3. Teknik-Teknik Behavioristik
Konseling behavior digunakan untuk mengubah
perilaku yang negatif dengan merubah akar-akar keyakinan Konseli yang
irasional/tidak logis melalui kontrak, reinforcement, sosial modeling dan
relaksasi.
a. Teknik Reinforcement - Mendorong klien ke arah perilaku yang diingini
dengan jalan memberi pujian dan hukuman. Pujian pada perilaku yang betul dan
hukuman pada perilaku negatif yang dikekalkan.
b. Teknik Sosial Modelling - Digunakan membentuk perilaku baru pada
klien melalui peniruan, pemerhatian terhadap Model Hidup atau Model Simbolik
dari segi percakapan dan interaksi serta pemecahan masalah. Dalam hal ini
konselor memperlihatkan sebuah film singkat kepada konseli mengenai kesuksesan
yang diraih oleh orang-orang yang justru memiliki banyak kekurangan dalam
dirinya.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagaimana Ia (Allah) menghadirkan
manusia ke dunia ini dengan rasa cinta, melalui perantara ayah dan ibu yang
penuh kasih, karena itulah rasa yang begitu kuat terpatri di qalbu manusia
adalah rasa cinta (ingin dicinta dan mencinta). Cinta merupakan karunia Ilahi.
Hadirnya tanpa diundang. Tiba-tiba kita sadari ia kuat tertanam, laksana akar
pohon yang rindang. Alangkah indahnya jika seseorang yang kita cintai juga
membalas cinta kita. Namun alangkah kecewanya hati ini jika ternyata orang yang
kita cintai ternyata tak pernah mencintai kita atau tak pernah mengetahui bahwa
kita mencintainya hingga akhirnya ia melabuhkan cintanya pada orang lain.
Masalah kasih yang
tak sampai pastinya akan membawa kegelisahan bagi jiwa yang sedang jatuh cinta.
Oleh karena itu, diperlukan keberanian untuk mengungkapkan perasaan terhadap
seseorang yang dicintai,namun tetap harus memperhatikan agar rasa cinta
tersebut tetap berjalan sesuai dengan tuntunan dalam Islam. Cinta adalah
anugrah yang begitu suci dan tak boleh dikotori dengan syahwat. Untuk menjaga
kesucian cinta terhadap lawan jenis maka diperlukan pemikiran rasional agar
cinta dapat membawa pada ketenangan sebab cinta yang dilandasi dengan pemikiran
irrasional justru akan membuat hati merana.
Agar rasa cinta
dapat bermuara pada ketenangan hati, maka diperlukan keterbukaan, maka dalam
hal ini komunikasi menjadi sangat penting agar orang yang kita cintai dapat
mengerti bahwa kita mencintainya. Jika memang rasa cinta tersebut serius untuk
ditindak lanjuti menuju penyempurnaan ibadah dengan menikah, maka ketakutan
yang berlebihan terhadap masa depan bahwa kita tak sanggup membahagiakan
pasangan kita, harus dihilangkan. Persepsi keliru tersebut hanya akan
membuahkan keraguan dalam hati dan tentunya akan dipertanyakan keimanan seorang
hamba terhadap ketetapan Allah. Yang harus lakukan adalah berusaha semaksimal
mungkin untuk membahagiakan orang yang kita cintai, dan bukan dengan jalan lari
dari kenyataan dan tidak mengambil langkah nyata untuk merealisasikan rasa
cinta tersebut dengan hanya memendam perasaan cinta tersebut
DAFTAR
PUSTAKA
Abu
Abay.2010. Melawan dengan Cinta. Jakarta:Za’faran-buku wangi-
Corey Gerald. 1995. Teori dan Praktek Dari Konseling &
Psikoterapi. Semarang: IKIP Semarang Press
Kurnia MR,Cetakan ke 11.2006. Inspiring Love. Bogor:Mahabbah
pustaka.