BAB I
PENDAHULUAN
a.
Pendahuluan
Bahasa Arab merupakan bahasa yang unik dan menarik. Ia
juga adalah bahasa resmi bagi agama Islam. Oleh karena itu bahasa Arab perlu
diberi perhatian sewajarnya agar kesinambungan bahasa Al-Quran itu terpelihara.
Al-Quran diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab padahal Al-Quran itu bukan
hanya ditujukan kepada bangsa Arab saja, melainkan untuk seluruh umat manusia
sepanjang zaman. Bahasa Arab juga merupakan bahasa perantaraan makhluk kepada
Penciptanya. Contohnya ibadah seharian kita yaitu shalat, Tidak sah shalat
seseorang itu jika tidak menggunakan bahasa Arab. Ini jelas menunjukkan kepada
kita satu ikatan yg sangat kukuh di antara bahasa Arab dan Al-Quran yg mana
tidak mungkin dijumpai pada bahasa-bahasa lain di dalam kitab suci yang lain.
Bahasa Arab adalah
salah satu bahasa Semitik Tengah, yang termasuk dalam rumpun bahasa Semitik dan
berkerabat dengan bahasa Ibrani dan bahasa-bahasa Neo Arami. Bahasa Arab
memiliki lebih banyak penutur daripada bahasa-bahasa lainnya dalam rumpun
bahasa Semitik. Ia dituturkan oleh lebih dari 280 juta orang sebagai bahasa
pertama, yang mana sebagian besar tinggal di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Bahasa ini adalah bahasa resmi dari 25 negara, dan merupakan bahasa peribadatan
dalam agama Islam karena merupakan bahasa yang dipakai oleh Al-Qur'an.
Berdasarkan penyebaran geografisnya, bahasa Arab percakapan memiliki banyak
variasi (dialek), beberapa dialeknya bahkan tidak dapat saling mengerti satu
sama lain. Bahasa Arab modern telah diklasifikasikan sebagai satu makrobahasa
dengan 27 sub-bahasa. Bahasa Arab Baku (kadang-kadang disebut Bahasa Arab
Sastra) diajarkan secara luas di sekolah dan universitas, serta digunakan di
tempat kerja, pemerintahan, dan media massa.
b. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud
dengan bahasa Arab Modern?
2. Bagaimana perkembangan
bahasa Arab modern?
3. Bagaimana pengaruh Eropa terhadap bahasa Arab
modern?
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian
bahasa Arab Modern
Dilihat dari perkembangan bahasa Arab yang demikian pesat
dan beragam, corak bahasa Arab dewasa ini mempunyai tiga bentuk, yaitu: Bahasa
Arab klasik, bahasa Arab Modern dan bahasa Arab dialek (Ammiyah).
Bahasa Arab
klasik yaitu bahasa Arab Alqur’an. as-Sunnah, dan bahasa Arab zaman kuno sampai
zaman modern. Secara
perkiraan kasar, Bahasa Arab klasik berakhir sekitar pertengahan abad 19 M. Tentu
saja peralihan dari klasik ke moderen terjadi sangat bertahap, tapi pada
masa revolusi industrilah para ahli bahasa mulai menciptakan kata-kata baru
secara sistematik, dan memanfaatkan kerangka bahasa Arab untuk mengungkapkan
konsep-konsep baru dan teknologi modern seperti mesin, uap, dan pabrik.
Dari bahasa klasik ini timbul bahasa Arab modern yaitu bahasa Arab klasik yang
dibubuhi elemen-elemen modern.
Bahasa
Arab itu unik, dalam artian bahwa
versi klasik dan modernnya tidak terlalu berbeda. Perbedaan keduanya terutama
hanya pada pembendaharaan kata, makna
kata-kata secara kamus (lexical meanings), beberapa bentuk
secara tatabahasa (grammatical constructions), dan
beberapa aspek sastra. Selain dari hal itu, satu sama lain keadaan benar-benar
sama dimana dalam bahasa Arab modern perbendaharaan kata mengiringi
perkembangan zaman, sedang pada klasik Arab mengacu pada adat dan
istilah-istilah lama/klasik.
Varietas
bahasa Arab modern ini yang bersumber dari bahasa Arab klasik adalah sama
dengan bahasa Arab yang dipakai oleh masyarakat zaman Rasulullah meskipun tentu
saja terdapat beberapa kosa kata baru buat objek-objek dan konsep-konsep kurang
familiar 14 abad yang lalu.
Varietas ini adalah media pokok komunikasi dalam bentuk
buku-buku, majallah, surat kabar, papan pengumuman, dokumen pemerintahan dan
surat-menyurat, juga dipakai oleh media televisi dan radio, termasuk dalam
pidato-pidato serta konfrensi-konfrensi dan seminar-seminar ilmiah bahkan dibangku-bangku
kuliah.
Sedangkan untuk percakapan sehari-hari, bahasa Arab yang
digunakan bukanlah bahasa Arab fushah baik itu klasik ataupun modern, tetapi
bahasa Arab Ammiyah yang sesuai dengan dialek daerah masing-masing. Dalam jenis
bahasa Arab ini terdapat perbedaan yang sangat khas antara satu dialek dengan
yang lainnya yang berupa perbedaan kosakata dan pengucapan.
b. Perkembangan
bahasa Arab Modern
Bahasa Arab pada pemerintahan kesultanan Usmaniyah mengalami
keadaan yang statis. Ia tidak berkembang mengikuti perkembangan dan kemajuan
hidup modern yang dibawa zaman sesudah terjadinya kebangkitan, tepatnya setelah
revolusi industry di Eropa. Sesudah kekuasaan Prancis yang dikomandoi oleh
Napoleon Bonaparte mulai menjajah Mesir akibat keberhasilan serbuan Napoleon
pada 1798 M di Mesir, kesadaran untuk bangkit dari keterpurukan dan harapan
maju dengan landasan ilmu pengetahuan modern mulai berkembang. Kesadaran
tersebut lahir terutama di kalangan kelompok masyarakat Mesir, setelah mereka
terpengaruh golongan intelektual Eropa yang datang ke Mesir bersama serbuan
Napoleon.
Masyarakat Mesir khususnya kaum terpelajar merasakan
hembusan revolusi yang dibawa oleh Perancis yang berhasil menaklukkan Mesir.
Mereka merasa tergugah untuk melakukan kodifikasi bahasa-bahasa Arab klasik
yang menjadi standar bagi bahasa Arab modern yang telah menjadi bahasa
kesusasteraan dan bahasa liturgi Islam sejak lebih kurang abad VI.
Golongan intelektul Eropa yang mendapat posisi sangat
terhormat tersebut di Mesir membangun berbagi sarana yang melandasi dan
mendorong perkembangan ilmu pengetahuan di Mesir, seperti lembaga ilmu
pengetahuan, perpustakaan sekolah, surat kabar, laboratorium penelitian dan
percetakan Arab. Banyak lembaga pendidikan untuk berabagi kalangan dibuka guna mempelajari
bermacam-macam pengetahuan, seperti pengetahuan kemiliteran, kedokteran,
teknik, pertanian, kesenian, adminisrtasi, bahasa dan terjemahan.
Bahasa Arab adalah bahasa pengantar di sekolah tersebut
karena guru-guru yang mengajar sebagian besar adalah alumni Eropa dari kelompok
misi mahasiswa Mesir yang beberapa tahun sebelumnya telah berhasil melanjutkan
studi ke Eropa. Kuliah-kuliah yang diberikan guru besar asing juga disampaikan
dalam bahasa Arab setelah melalui penerjemahan.
Rifa’ah Rofi’at, Tohtowi misalnya dapat dianggap sebagai
perintis dalam penciptaan istilah-istilah modern. Istilah-istilah tersebut
mereka gali dalam buku-buku ilmiah berbahasa Arab yang klasik, kemudian
diterapkan sebagi istilah-istilah untuk berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Inilah salah satu langkah yang paling berhasil dalam rangka mengatasi dan
menguarai sebab-sebab keterbelakangan bahasa Arab sekaligus meletakkan dasar
kokoh bagi bahasa Arab untuk menjadi bahasa yang dinamis dan mampu berkembang
secara wajar.
c. Langkah
langkah pengembangan bahasa Arab modern.
Mengingat daerah-daerah lain yang letaknya berjauhan dengan
negara-negara Arab, dan dijadikannya bahasa Turki secara resmi diajarkan dan
menjadi bahasa pengantar di sekolah–sekolah dan lembaga pendidikan di
pemerintah Kesultanan Usmaniyah, maka dalam rangka mempertahankan bahasa Arab,
pada akhir abad 19, al-Jami’iyah al-khairiyah al-islamiyah mendirikan
sekolah-sekolah di Damaskus dan kota-kota lainnya di Syiria. Pada saat yang
bersamaan, di Beirut dan beberapa bagian lainnya di Libanon, sekolah-sekolah
juga didirikan oleh misi agama Kristen.
Sekolah-sekolah tersebut memberi perhatian yang sangar besar
kepada bahasa Arab dan mendukung usaha-usaha pembinaannya. Bahkan, sebuah
Universitas yang bernama American University pun dibangun di kota Beirut. Di Universitas
ini bahasa Arab diajdikan sebagai bahasa pengantar dalam perkuliahan. Karena
itu tidak mengherankan bila diantar amahasiswa universitas ini bermunculan
orang asing (non Arab) yang ahli dalam pengetahuan bahasa Arab. Pada akhir abad
ke 19 orang asing yang pemahaman bahasa arabnya sangat bagus itu mampu
menerjemahkan beberapa buku ilmiyah kedalam bahasa Arab.
Dalam menerjemahkan buku-buku tersebut mereka menggunakan,
meninjau dan menyempurnakan istilah-istilah yang lazim digunakan buku-buku
karya penulis Mesir sebelumnya. Ini merupakan langkah berani dan sangat maju
bagi usaha pengembangan bahasa Arab untuk digunakan sebagai bahasa ilmu dan
bahasa pengetahuan modern serta peradabannya. Sayang tidak lama setelah itu pihak
American University menyingkirkan bahsa Arab yang semula ditetapkan sebagai
bahasa pengantar. Bahkan dunia pendidikan tinggi Libanon dan Syiria pun
menjadikan bahasa Arab sebagi bahasa yang tidak layak digunakan.
Keadaan demikian terus berlangsung hingga akhirnya dikota
Damaskus didirikan sebuah fakultas kedokteran pada 1919M. Di fakultas ini ilmu
kedokteran mulai diajarkan kembali dengan bahasa pengantar adalah bahsa Arab.
Sejak itu bahasa Arab menempati posisinya kembali di dunia pendidikan tinggi di
semua negara Arab. Pengaruh yang paling menonjol pada perkembangan bahasa ini
adalah tibulnya kecenderungan untuk memperluas penggunaan kata-kata baru yang
berasal dan diserap dari beberapa bahasa Eropa. Kata-kata baru semacam itu
jumlahnya semakin besar dan penggunaannya dianggap memunculkan bahasanya
terhadap eksistensi bahsa Arab karena itu bangkitlah gerakan-gerakan yang
berusaha menghidupkan kembali pusaka kebudayaan lama dan juga menghidupkan
kembali penggunaan kata asli Arab dari bahasa Arab fushah.
Untuk menyukseskan rencana gerakan itu, dibuatlah percetakan dan penerbitan buku di negara-negara Arab untuk memasyarakatkan kembali buku-buku sastra Arab dari segala zaman yang jumlahnya sangat banyak. Kehadiran buku-buku sastra tersebut akhirnya melahirkan gerakan pemurnian bahasa Arab seperti yang pernah terjadi pada zaman sebelumnya.
Untuk menyukseskan rencana gerakan itu, dibuatlah percetakan dan penerbitan buku di negara-negara Arab untuk memasyarakatkan kembali buku-buku sastra Arab dari segala zaman yang jumlahnya sangat banyak. Kehadiran buku-buku sastra tersebut akhirnya melahirkan gerakan pemurnian bahasa Arab seperti yang pernah terjadi pada zaman sebelumnya.
Sarana paling penting yang diciptakan oleh para pioner,
ulama, dan orang-orang yang punya “hobi” dalam mengumpulkan bahasa Arab ialah
"risalah-risalah kecil tentang kata dan makna". Sebagian besar dari
risalah-risalah tersebut masih ada sampai sekarang, yang memuat tentang
nama-nama. Seperti kitâb al-mathar (risalah tentang hujan) dan kitâb al-laba`
wa al-laban (risalah tentang colostrums dan air susu) karya Abu Zaid Al-Anshary,
kitâb al-ibil (risalah tentang onta), kitâb al-khail (risalah tentang kuda),
kitâb al-syitâ` (risalah tentang musim dingin), kitâb asma` al-wuhûsy wa
shifatiha (risalah tentang nama-nama binatang buas dan sifat-sifatnya), kitâb
khalq al-insân (risalah tentang penciptaan manusia), kitâb al-nakhl wa al-karm
(risalah tentang korma dan anggur), dan kitâb al-nabât wa al-syajar (risalah
tentang tumbuh-tumbuhan dan pepohonan) karya Al-Ashma`i. Semuanya adalah
risalah-risalah khusus yang memuat kata-kata dari bahasa Arab yang fasih dan
berlaku dalam tema tertentu.
Hasil yang paling mengagumkan dan tampak jelas ialah
penggantian banyak sekali kata asing dengan kata-kata asli Arab dalam berbagi
sigat yang baru. Adapun segi bahasa yang dipengaruhi oleh bahasa Eropa tetap
terbuka untuk menerima pengaruh dari bahasa Eropa tersebut. Banyak ungkapan dan
kosakata yang sebenarnya hanya merupakan penerjemahan yang salah satu dari
bahasa Eropa sedangkan gaya bahasanya tidak mengalami perubahan. Hal tersebut
banyak terdapat, terutama dalam bahasa jurnalistik. Pengaruh bahasa-bahasa
Eropa tidak hanya terbatas pada bahasa Arab fushah, tetapi merembes juga ke
dalam bahsa Arab ammiyah. Akibat pengaruh itu, bahasa ammiyah juga mengalami
perubahan-perubahan meskipun berjalan sangat lambat.
Selanjutnya dilakukan usaha pengembangan terhadap bahasa
Arab fushah, diantara usaha-usaha tersebut adalah pendirian lembaga bahasa arab
(Majma’u al Lughah) pada tahun 1934M. Tujuan utama pendirian lembaga ini adalah
untuk memelihara keutuhan kemurnian bahasa Arab fushah dan melakukan
pengembangan agar menjadi bahasa yang maju dan mampu memenuhi kebutuhan dan
tuntutan kemajuan dunia seni, ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern. Jauh
sebelum lembaga bahasa arab tersebut dibentuk, bahasa arab sudah mengalami
kemajuan yang sangat baik setelah metode pengajaran bahasa arab diperbahrui di
lembaga-lembaga pendidikan.
Langkah pembaharuan tersebut dimulai di Institut Darul Ulum
(Ma’had Darul ‘Ulum) ketika studi sastra Arab mulai diajarkan Syekh Husain A-l Marshafi
dengan nama ‘Ulum al-Adab. Untuk memenuhi kebutuhan referansi mata kuliah
tersebut,beliau kemudian menulis dua buku yang masing-masing al-Washilah
al-Adabiyah dan Sulammu al Mustarsyid. Setelah syekh Husain al-Marshafi
berhasil mengembangkan lembaga bahasa itu, beliau digantikan Syekh Hamzah
Fathullah yang juga berhasil menulis buku yang berjudul Al Mawahib al-Fathiyyah
fi allughah al Arabiyyah. Sebenarnya kedua metode pengajaran yang dikembangkan
kedua orang ahli bahasa itu tidak jauh berbeda dengan metode yang digagas
al-Mubarrid (Abu al-Abbas Muhammad)dalam bukunya yang sangat terkenal al-Kamil,
Abu ‘Ali al-Qali dalam bukunya al-Bayan wa Tabyin.
Materi-materi yang disajikan dalam buku-buku tersebut
meliputi berbagai hal seperti puisi (asy-syi’ir), prosa (al-Atsar), pribahasa
(al Amtsal) dan kisah (al-Qishah) yang diuraikan dari berbagai aspek seperti
sharaf, nahwu,balaghah, dan arudl.
Metode tersebut menjadi pint of return untuk perubahan-perubahan pembaharuan berikutnya hingga perkembangannya menjadi mirip dengan metode yang dikembangkan oleh penulis-penulis jerman seperti Carl Brockleman yang membedakan antara studi sejarah sastra dan studi kritik sastra. Metode tersebut tercermin dalam buku Tarikh Adab al-Lughat al Arabiyyah dan al-Wasith al Adab karya Ahmad al Iskandari, Metode tersebut diterapkan lebih dalam lagi di al-Jamiah al Misriyyah al Ahliyyah.
Metode tersebut menjadi pint of return untuk perubahan-perubahan pembaharuan berikutnya hingga perkembangannya menjadi mirip dengan metode yang dikembangkan oleh penulis-penulis jerman seperti Carl Brockleman yang membedakan antara studi sejarah sastra dan studi kritik sastra. Metode tersebut tercermin dalam buku Tarikh Adab al-Lughat al Arabiyyah dan al-Wasith al Adab karya Ahmad al Iskandari, Metode tersebut diterapkan lebih dalam lagi di al-Jamiah al Misriyyah al Ahliyyah.
Selanjutnya George Zaidan dengan bukunya yang berjudul
Tarikh al Adab dan Mustafa shadirah Rafi’I (sekitar tahun 1911-1914) dengan
bukunya Tarikh al Adab al Arab telah menarik perhatian orang orang terhadap
bahasa Arab terutama mengarang dibidang sastra Arab dengan pembahasan yang
lebih luas dan cakupan materi yang lebih dalam dari pada ahli bahasa yang ada
di Mesir yang kemudian diformulasikan dengan metode barat.
Pengaruh lain dari hadirnya kedua buku tersebut ialah
semakin meluasnya keinginan untuk berekpresi secara bebas dan kebebasan mimbar
serta penelitian di Kampus al Jami’ah al Mishriyyah. Realitas ini mempesatkan
kemajuan yang dicapai pengajaran bahasa dan sastra Arab. Salah satu bukti nyata
itu adalah Thaha Husain berhasil meraih gelar doktor yang merupakan gelar
doktor pertama yang diberikan al Jami’ah al Mishriyyah dengan judul disertasi
Dzikra Abil ‘Ala pada tahun 1914.
Ada banyak guru besar al Jami’ah al Mishriyyah yang
menghasilkan karya-karya tulis terbaik mereka seperti Hifni Nasif dengan
karyanya Tarikh al Adab. Sepulang dari Eropa Ahmad dlaif dan Thaha Husen
menulis buku-buku yang merupakan sumbangan pemikiran mereka bagi pembaharuan
metode pengajaran bahasa dan sastra Arab. Ahmad dlaif menulis dua buku,
Muqaddimah li Dirosah Balaghah al Arab (1921) dan Balaghah al Arab fi al
Andalus (1924), sedangkan Thaha Husen menulis buku Fi al Adab al Jahil.
Pada masa ini juruan bahasa Arab dan bahasa Semit menjadi
jurusan terkemuka diantara beberapa jurusan yang di buka di al Jami’ah al
Mishriyyah. Demikianlah perkembangan yang terjadi dalam bahasa Arab modern
mempengaruhi perkembangan pengajaran bahasa Arab dan demikian sebaliknya
perkembangan metodologi pengajaaran bahasa Arab berpengaruh pada perkembangan
bahasa Arab itu sendiri.
Demikianlah perkembangan bahasa Arab modern yang terjadi
secara continiu meskipun terkesan agak lambat karena bebagai hambatan. Dan
akhirnya dunia Arab menerima keberadaan Bahasa Arab Modern yang notabene adalah
bahasa fushah sebagai bahasa resmi di Negara-negara mereka. Dan selanjutnya
bahasa Arab modern dituntut untuk senantiasa mengikuti perkembangan dan
melahirkan bahasa Arab kontemporer.
d. Pengaruh
Eropa terhadap bahasa Arab Modern dan Kontemporer.
Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan
tekhnologi, sejak akhir abad XX yang juga disebut dengan era informasi dan
komunikasi, dunia barat mengambil alih kendali informasi dunia dengan
penguasaan mereka terhadap media massa baik cetak maupun elektronik sehingga
dengan cepat media massa mereka berpengaruh kepada media massa Negara-negara
berkembang (Developing Countries) dalam hal istilah-istilah dan
ungkapan-ungkaapan tertentu.Dibawah ini dikemukakan beberapa ungkapan yang
diadopsi dari media massa barat, antara lain:
Memburuknya
hubungan antara kedua Negara
توتر العلاقات بين البلدين
Menang dengan suara mayoritas mutlak
فازبأقلبية ساحقة
Tidak ada yan baru
لاجديد تحت الشمس
Last
but not least
وأخيرا ليس أخرا
Mencermati situasi terkini
يسلط (يلقى) الضوء على الموقف الراهن
Merupakan
ancaman bagi perdamaian
يشكل خطرا على السلام
Meliputi berita world cup
يغطى أخبار بطولة كأس العالم
Bermain api
يلعب بالنار
Memegang peran kunci dalam perpolitikan
يلعب دورا حطيرا فى السياسة
Selain itu media massa juga menggunakan istilah-istilah
kontemporer yang sebagiannya bermakna lain dari pemakaian biasa, diantaranya
sebagai berikut:
Member penjelasan = أدلى يدلى ببيان
Protes = احتجاج
Naik banding = لستئناف
Penjajahan = استعمار
Referendum = استقتاء
Cloning =استنساخ
Menumpang = استقل-يستقل السيارة
Reformasi = اصلاح
Hukuman mati =اعدام
Globalisasi = انفتاح العالمى
Sederhana = بسيط
Inflasi = تضخم
Siaran tunda = تسجيل
Demikianlah
beberapa contoh bahasa kontemporer dalam bahasa Arab yang merupakan salah satu
bentuk perkembangan dari bahasa Arab di zaman modern ini.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas pada pembahasa dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
Bahasa Arab modern adalah bahasa arab klasik yang telah telah resmi menjadi bahasa sastra Arab modern, bahasa buku-buku ilmiah dan bahasa pidato resmi kenegaraan dan administrasi pemerintahan Negara-negara Arab. Yang mana muncunya berawal sejak Mesir ditaklukkan oleh Napoleon Bonaparte.
Bahasa Arab modern adalah bahasa arab klasik yang telah telah resmi menjadi bahasa sastra Arab modern, bahasa buku-buku ilmiah dan bahasa pidato resmi kenegaraan dan administrasi pemerintahan Negara-negara Arab. Yang mana muncunya berawal sejak Mesir ditaklukkan oleh Napoleon Bonaparte.
Langkah- langkah pembaharuan yang dilakukan oleh para kaum
terpelajar untuk mengembangkan bahasa Arab yaitu dengan dibuatnya lembaga
kajian bahasa, perpustakaan, penerbitan buku-buku literature sastra dan bahasa
Arab. Serta dirumuskannya beberapa metode pengajaran bahasa Arab yang membantu
dalam menarik minat masyarakat belajar bahasa Arab yang modern.
Bahasa Arab yang terambil dari bahasa klasik juga mengalami
perkembangan kearah bahasa Arab kontemporer Karena adanya tuntutan zaman. Untuk
istilah-istilah kontemporer khususnya kosakata komunikasi, banyak diadopsi dari
bahasa-bahasa media barat yang menjadi kiblat atas kemajuan informasi
tekhnologi.
b. Daftar
Pustaka
Muhammad
Luthfi, Makalah,(Kedudukan Bahas Arab Dewasa Ini dalam Percaturan dunia
Internasional), Disampaikan pada Seminar Inter Nasional di hotel Kenari
Makassar 8-oktober-2008
Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, 2007 Cet.II;Bandung: umaniora,.
Azhar
Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, 2004 Cet.II; Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.